Tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada Bpk. H. Ibrahim Rewa Dg. Janji dan Bpk. H. Said Pammusu Dg. Ngesa melalui opini ini perkenankan saya memberikan penilaian subyektifitas saya selaku warga Takalar diperantauan yang meneropong daerah ini dari jauh. Kalau melihat latar belakang bapak berdua, yang mana sama - sama pensiun dari PNS dengan pangkat tertinggi, mantan dan bahkan masih pemimpin daerah, usia 64 atau 65, malang melintang di dunia pemerintahan dan sekarang menjadi pemimpin partai, maka kesempatan Pilkada 2007 ini adalah ibaratnya 'tikungan terakhir' bagi bapak berdua. Kalah atau menang dalam pilkada tetaplah momentum ini adalah 'tikungan terakhir'. Jika salah satu dari bapak yang menang, maka bapak akan mengawal pemerintahan lima tahun ke depan yang artinya di tahun ke lima bapak akan berusia sekitar 70 thn. Bayangkan bagaimana bapak mempersiapkan diri secara fisik dan mental untuk bekerja keras demi rakyat dimana pada saat yang bersamaan rakyat yang bapak pimpin sedang butuh - butuhnya diurusin/ditimang (ibarat anak yang sedang dalam masa tumbuh kembang). Ingat tantangan Takalar kedepan jauh lebih berat dibanding masa sebelumnya. Rakyat sudah semakin cerdas dan sudah paham akan hak - haknya sebagai warga negara. Tidak cukup hanya dengan retorika dan pendekatan normatif. Jadi bapak harus memiliki energi dan stamina yang ekstra agar visi dan misi yang dikampanyekan dapat terkawal dengan baik. Tapi bapak jangan khawatir, ada rupa kana 'toa - toa kaluku' = semakin tua semakin banyak santannya, atau manna roso kabembe = biar kurus kalau kambing tetap saja halal untuk aqiqah...................................... Untuk Bpk. H. Hasanuddin Tisi Dg. Lewa dan Bpk. H. Burhanuddin B. Anda berdua relatif seimbang. Pengusaha sukses, masih muda (40 an), swasta tulen, tidak punya pengalaman menjadi pemimpin formal, bukan pemimpin partai. Pilkada 2007 ini boleh jadi adalah 'tikungan pertama' buat anda berdua. Kalah atau menang tetaplah 'tikungan pertama' jika anda berhasrat merintis jalan menjadi pemimpin pemerintahan. Jika anda menang, tentu tikungan-tikungan selanjutnya yang mungkin lebih tajam telah siap menanti anda untuk dilewati. Pun juga jika kalah, masih ada tikungan-tikungan selanjutnya yang siap dilewati. Maka diibaratkan balapan, bagi anda berdua istilah 'allei ritukunganga' masih saja berlaku sebagai bagian dari dinamika demokrasi ke depan. Tidak berarti bahwa yang tidak punya pengalaman pemerintahan akan tidak mampu memimpin dengan baik. Begitu juga sebaliknya bahwa akan menjadi sebuah jaminan keberhasilan bagi yang sudah sarat dengan pengalaman. Artinya setiap zaman akan mempunyai tantangannya masing-masing, dan hanya yang bisa melakukan perubahan untuk menangkap semangat zaman itulah yang biasanya mampu mensiasati zaman/berhasil. Yang tua dan yang muda tidak jadi soal menjadi pemimpin (bupati) di Takalar. Yang penting dia mampu bekerja untuk kesejahteraan rakyat yang dipimpinnya. Salamaki ri Takalar, pilihlah pemimpin sesuai hati nurani dan yang tidak menghalalkan segala cara untuk menang. Dan untuk para calon bupati, berkompetisilah dengan sehat dengan tetap mengedepankan budaya mangkasaratta, sipakatau, sipakalabbiri.